
Pernahkah Anda memperhatikan pola garis-garis hitam putih di kemasan produk atau resi pengiriman? Di balik tampilannya yang sederhana, barcode menyimpan peran penting dalam mempercepat dan menyederhanakan proses bisnis. Teknologi ini memungkinkan pelacakan stok, pencatatan transaksi, hingga distribusi barang berjalan lebih efisien dan akurat.
Bukan hanya perusahaan besar, UKM pun kini banyak mengandalkan barcode untuk mendukung operasional harian. Integrasinya dengan sistem digital membuat pengelolaan produk jadi lebih terstruktur dan minim kesalahan.
Lalu, apa saja jenis barcode, bagaimana cara kerjanya, dan apa pentingnya standarisasi seperti GS1 Indonesia dalam bisnis? Selengkapnya akan dibahas sebagai berikut.
Apa Itu Barcode?
Secara sederhana, barcode adalah sebuah kode optik yang terdiri dari serangkaian garis vertikal hitam putih dengan ketebalan dan spasi yang bervariasi, yang dapat dibaca oleh mesin. Kode ini menyimpan informasi spesifik mengenai suatu item atau produk, seperti kode produksi, tanggal kedaluwarsa, atau nomor identifikasi unik. Bayangkan barcode itu seperti sidik jari untuk sebuah produk; setiap produk memiliki “sidik jari” unik yang memungkinkan identifikasi cepat dan akurat. Anda mungkin juga sering mendengar istilah ‘kode batang’, yang merujuk pada bentuk visualnya.
Dengan adanya barcode, proses identifikasi produk di kasir atau saat pengecekan stok menjadi super cepat dan akurat, tidak perlu lagi mengetik kode produk secara manual yang memakan waktu dan rentan kesalahan.
Sejarah Singkat Barcode
Konsep barcode sejatinya telah ada cukup lama. Menurut Pada tahun 1949, dua mahasiswa Drexel University, Norman Joseph Woodland dan Bernard Silver, mengajukan paten untuk sebuah “Classifying Apparatus and Method” yang menjadi cikal bakal teknologi barcode yang kita kenal sekarang. Paten ini kemudian diberikan pada tahun 1952.
Penggunaan awal barcode bahkan sudah diuji coba oleh perusahaan kereta api Boston and Maine Railroad pada tahun 1961 untuk identifikasi gerbong mereka. Sejak saat itu, teknologi barcode terus berkembang dan diadopsi secara luas di berbagai industri di seluruh dunia.
Fungsi dan Manfaat Barcode dalam Bisnis
Barcode memiliki fungsi utama untuk menyimpan informasi produk secara detail dan terstruktur. Informasi ini kemudian dapat diakses dengan cepat menggunakan alat pemindai (scanner), yang sangat krusial dalam berbagai aspek operasional bisnis.
Fungsi Utama Barcode:
- Identifikasi Produk Cepat dan Akurat: Memungkinkan kasir atau staf gudang mengidentifikasi produk beserta harganya secara otomatis tanpa input manual.
- Manajemen Inventaris: Membantu melacak jumlah barang masuk, keluar, dan stok yang tersisa secara real-time.
- Pelacakan Aset: Digunakan untuk melacak aset perusahaan, mulai dari peralatan kantor hingga komponen manufaktur.
- Pengumpulan Data: Memfasilitasi pengumpulan data transaksi dan pergerakan barang dengan lebih efisien.
- Peningkatan Efisiensi Proses: Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses seperti checkout di kasir, penerimaan barang, dan audit stok.
Manfaat Barcode bagi Bisnis (terutama UKM):
Penerapan barcode dalam operasional bisnis, termasuk bagi UKM, membawa segudang manfaat signifikan:
- Peningkatan Efisiensi Operasional: Proses input data otomatis menghemat waktu karyawan, memungkinkan mereka fokus pada tugas strategis lainnya.
- Akurasi Data yang Tinggi: Meminimalkan human error dalam pencatatan data, sehingga keputusan bisnis didasarkan pada informasi yang lebih akurat.
- Pengurangan Biaya Jangka Panjang: Efisiensi dan akurasi data menekan potensi kerugian akibat kesalahan stok atau kelebihan stok.
- Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Proses pembayaran yang lebih cepat mengurangi antrean dan meningkatkan pengalaman berbelanja.
- Jangkauan Pasar Lebih Luas: Banyak peritel modern mewajibkan produk dari pemasok untuk memiliki barcode standar. Ini membuka peluang bagi UKM untuk memasarkan produknya di supermarket atau bahkan pasar ekspor.
- Pengambilan Keputusan Berbasis Data: Data penjualan dan inventaris yang akurat mendukung analisis tren produk dan perencanaan strategi penjualan yang lebih baik.
- Meningkatkan Kredibilitas: Penggunaan barcode standar menunjukkan profesionalisme dan kesiapan bisnis untuk bersaing di pasar yang lebih besar.
Salah satu manfaat terbesar barcode adalah mendukung kredibilitas legal dan profesional sebuah bisnis. Saat UKM mencantumkan barcode GS1 Indonesia di produk mereka, itu menjadi sinyal bahwa produk telah melalui proses registrasi dan pengakuan yang sah secara hukum, baik di dalam negeri maupun internasional.
Dengan kata lain, barcode tidak hanya berfungsi sebagai alat teknis dalam manajemen stok, tapi juga sebagai bukti legalitas dan legitimasi produk di mata mitra dagang, regulator, dan konsumen.
Bagaimana Cara Kerja Barcode?
Cara kerja barcode melibatkan interaksi antara simbol barcode itu sendiri, alat pemindai (scanner), dan sistem komputer atau kasir. Berikut adalah proses umumnya:
- Pemindaian (Scanning): Sebuah scanner menyinari barcode. Untuk barcode garis (1D), scanner laser memancarkan cahaya yang dipantulkan kembali dari permukaan barcode. Pola pantulan berbeda antara garis hitam (menyerap cahaya) dan spasi putih (memantulkan cahaya).
- Pengenalan Pola: Scanner mendeteksi pola pantulan cahaya ini dan mengubahnya menjadi sinyal elektronik.
- Penerjemahan Data (Decoding): Sinyal elektronik ini diterjemahkan oleh decoder (perangkat lunak di dalam scanner atau terhubung dengannya) menjadi data digital yang dapat dipahami, seperti angka atau huruf.
- Pengiriman Informasi: Data digital ini dikirim ke komputer atau sistem kasir, yang kemudian menampilkan informasi terkait (misalnya, nama dan harga produk) atau menggunakannya untuk memperbarui data inventaris.
Untuk QR Code (barcode 2D), scanner (seringkali kamera smartphone) mengambil gambar keseluruhan kode. Aplikasi kemudian menganalisis pola titik hitam putih untuk mengekstrak data yang tersimpan. Proses ini memungkinkan QR Code menyimpan informasi yang jauh lebih banyak.
Baca Juga: 13 Cara Scan Dokumen Termudah dan Terlengkap!
Jenis-Jenis Barcode yang Umum Digunakan
Ada berbagai jenis barcode yang dikembangkan untuk kebutuhan spesifik. Secara umum, mereka terbagi menjadi dua kategori utama: barcode 1D (linear) dan barcode 2D (matriks).
Barcode 1D (Linear):
Ini adalah jenis barcode tradisional yang terdiri dari garis-garis vertikal.
- EAN (European Article Number): Sangat umum dijumpai pada produk retail di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Varian paling dikenal adalah EAN-13 (13 digit) dan EAN-8 (8 digit untuk kemasan kecil).Digit ini merepresentasikan kode negara, produsen, dan produk.
- UPC (Universal Product Code): Mirip EAN, tetapi lebih dulu populer di Amerika Utara. Ada UPC-A (12 digit) dan UPC-E (versi pendek).
- Code 128: Fleksibel karena mampu mengkodekan semua 128 karakter ASCII. Sering digunakan di sektor logistik dan pengiriman karena kapasitas datanya yang besar dan padat.
- Code 39: Salah satu jenis barcode alfanumerik tertua, masih digunakan untuk keperluan internal perusahaan seperti pelabelan aset atau inventaris non-retail.
- ITF (Interleaved 2 of 5): Biasa ditemukan pada pengemasan produk dalam jumlah besar (karton/boks), cocok untuk permukaan bergelombang.
Barcode 2D (Matriks):
Mampu menyimpan informasi yang jauh lebih banyak dalam area yang lebih kecil.
- QR Code (Quick Response Code): Berbentuk kotak dengan pola piksel hitam putih. Sangat populer karena mudah dipindai dengan smartphone dan mampu menyimpan URL, teks, info kontak, hingga detail pembayaran (seperti QRIS di Indonesia).
- Data Matrix: Mirip QR Code namun seringkali lebih kecil ukurannya. Digunakan untuk menandai komponen kecil di industri elektronik atau farmasi.
- PDF417: Berbentuk seperti tumpukan barcode 1D. Mampu menyimpan data besar, sering digunakan pada tiket pesawat, SIM di beberapa negara, atau dokumen identifikasi.
Tren Masa Depan: GS1 Sunrise 2027
Ada tren global menuju penggunaan barcode 2D seperti QR Code di titik penjualan retail. Inisiatif “Sunrise 2027” dari GS1 bertujuan mendorong adopsi barcode 2D secara global di kasir retail pada tahun 2027, karena kemampuannya menyimpan data yang lebih kaya.
Perbandingan Jenis Barcode Populer
Jenis Barcode | Dimensi | Kapasitas Data Khas | Contoh Penggunaan Utama di Indonesia |
EAN-13 | 1D | 13 digit numerik | Produk retail di supermarket, toko kelontong |
UPC-A | 1D | 12 digit numerik | Produk retail (lebih umum di Amerika Utara) |
Code 128 | 1D | Semua 128 karakter ASCII, panjang variabel | Logistik, pengiriman, pelabelan aset internal |
QR Code | 2D | Hingga 4.296 karakter alfanumerik | Pembayaran digital (QRIS), tautan website, pemasaran |
Data Matrix | 2D | Hingga 2.335 karakter alfanumerik | Penandaan komponen kecil (elektronik, medis) |
PDF417 | 2D | Hingga 1.850 karakter alfanumerik | Tiket (pesawat, acara), identifikasi |
GS1 Indonesia dan Pentingnya Standarisasi Barcode
Jika Anda seorang pelaku bisnis, terutama UKM yang ingin produknya merambah pasar modern atau bahkan ekspor, pemahaman tentang standarisasi barcode dan peran GS1 Indonesia menjadi sangat krusial.
Apa Itu Standarisasi Barcode?
Standarisasi barcode memastikan bahwa setiap kode produk bersifat unik secara global dan dapat dikenali serta digunakan secara universal.8 Tanpa standar, akan terjadi kekacauan karena produk dari satu perusahaan tidak akan bisa diproses oleh sistem di toko atau negara lain. Standar seperti EAN-13 berlaku di lebih dari 100 negara, mempermudah perdagangan internasional dan manajemen rantai pasok.
Mengenal GS1: Organisasi Global di Balik Standar
GS1 adalah organisasi nirlaba global yang mengembangkan dan menjaga standar global untuk komunikasi bisnis, termasuk standarisasi barcode.8 GS1 memastikan nomor identifikasi dalam barcode (seperti GTIN – Global Trade Item Number) bersifat unik dan diakui di seluruh dunia.
Peran GS1 Indonesia
Di Indonesia, perwakilan resmi dari GS1 global adalah GS1 Indonesia. Tugas utama mereka adalah membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk UKM, untuk memperoleh dan menggunakan barcode yang sesuai standar global GS1. Jika Anda ingin produk Anda memiliki barcode resmi yang diterima peritel modern dan pasar ekspor, GS1 Indonesia adalah lembaga yang tepat. Anda dapat mengunjungi situs web resmi mereka di www.gs1id.org untuk informasi lebih lanjut.
Mengapa Bisnis (Terutama UKM) di Indonesia Perlu Barcode Standar GS1?
- Memudahkan produk masuk ke jaringan peritel modern dan pasar ekspor.
- Meningkatkan kredibilitas dan citra profesionalisme bisnis.
- Mempermudah pelacakan produk akurat di seluruh rantai pasok.
- Menghindari duplikasi nomor barcode dengan produk lain secara global.
Bagaimana Cara Mendapatkan Barcode Standar GS1 di Indonesia?
Secara umum, prosesnya melibatkan:
- Menyiapkan dokumen legalitas usaha (NPWP, izin usaha, akta perusahaan).
- Mengisi formulir pendaftaran keanggotaan GS1 Indonesia (biasanya online).
- Membayar biaya keanggotaan tahunan (tergantung skala usaha).
- Setelah verifikasi, Anda akan mendapatkan akses ke sistem GS1 untuk membuat nomor GTIN unik produk Anda. Proses ini mungkin memakan waktu beberapa hari kerja, namun manfaatnya sangat besar bagi pengembangan bisnis Anda.
Kode Negara Indonesia pada Barcode (899)
Sebagai informasi tambahan, tiga digit pertama pada barcode EAN-13 untuk produk yang terdaftar resmi di Indonesia biasanya adalah 899. Ini adalah kode negara (GS1 Prefix) yang ditetapkan GS1 untuk Indonesia.
Perbedaan Barcode dan QR Code
Meskipun sama-sama berfungsi sebagai kode identifikasi, ada perbedaan mendasar antara barcode tradisional (1D) dan QR Code (2D). Untuk pemahaman yang lebih komprehensif, Anda bisa membaca artikel terkait mengenai perbedaan QR Code dan barcode. Berikut adalah poin-poin utama perbedaannya:
- Dimensi: Barcode 1D menyimpan data secara horizontal (garis-garis), sedangkan QR Code menyimpan data secara horizontal dan vertikal (pola kotak).
- Kapasitas Data: QR Code mampu menyimpan informasi jauh lebih banyak (ribuan karakter) dibandingkan barcode 1D (belasan digit/karakter). Ini memungkinkan QR Code menyimpan URL, teks panjang, dan lainnya.
- Cara Baca/Scanner: Barcode 1D dibaca scanner laser, QR Code dibaca imager scanner atau kamera smartphone.
- Fleksibilitas & Koreksi Kesalahan: QR Code memiliki kemampuan koreksi kesalahan yang lebih baik, sehingga tetap bisa terbaca meski sebagian kecil rusak. Barcode 1D lebih rentan.
- Penggunaan Umum: Barcode 1D dominan untuk identifikasi produk retail dan logistik. QR Code lebih serbaguna untuk pembayaran digital, pemasaran, tautan informasi, dll.
Perbandingan Barcode (1D) vs. QR Code (2D)
Fitur | Barcode (Umumnya 1D, misal EAN/UPC) | QR Code (2D) |
Dimensi | Satu Dimensi (Linear) | Dua Dimensi (Matriks) |
Kapasitas Penyimpanan Data | Rendah (misal, 12-13 digit) | Tinggi (ribuan karakter) |
Arah Pembacaan Data | Horizontal | Horizontal dan Vertikal |
Jenis Informasi Disimpan | Umumnya numerik (kode identifikasi) | Alfanumerik, URL, teks, biner, dll. |
Alat Baca Umum | Scanner Laser | Imager Scanner, Kamera Smartphone |
Kemampuan Koreksi Kesalahan | Rendah / Tidak Ada | Bervariasi, umumnya lebih baik |
Contoh Aplikasi Utama | Identifikasi produk retail, inventaris | Pembayaran digital, pemasaran, tautan informasi |
Baca Juga: Apa Itu QR Code? Fungsi, Cara Kerja, dan Cara Membuatnya
Mengenal Scanner Barcode
Scanner barcode adalah perangkat elektronik yang berfungsi untuk ‘membaca’ atau menangkap informasi yang tersimpan dalam barcode. Tanpa scanner, barcode hanyalah gambar tanpa arti langsung.
Jenis Scanner Berdasarkan Teknologi Pembacaan:
- Scanner Laser (Umumnya untuk Barcode 1D): Menggunakan sinar laser yang memantul dari pola garis dan spasi barcode untuk mengidentifikasi kode.
- Imager Scanner / Camera-based Scanner (untuk Barcode 1D & 2D): Menggunakan kamera kecil untuk mengambil gambar barcode, lalu perangkat lunak menganalisis gambar tersebut. Mampu membaca dari layar dan berbagai sudut.
Scanner Barcode Hadir dalam Berbagai Bentuk: Mulai dari scanner genggam (handheld), scanner tetap di meja kasir (fixed/presentation scanner), hingga aplikasi scanner di smartphone yang memanfaatkan kamera ponsel, terutama untuk QR Code.
Pentingnya kualitas scanner tidak bisa diabaikan, karena akan memengaruhi kecepatan, akurasi, dan keandalan pembacaan barcode, terutama pada kondisi kurang ideal.
Baca Juga: 20 Aplikasi Scan Dokumen Terbaik (HP dan PC)
Cara Membuat Barcode
Membuat barcode kini semakin mudah dengan berbagai alat dan platform yang tersedia. Berikut beberapa cara umum yang bisa Anda ikuti, seperti yang juga dijelaskan dalam artikel asli kami:
1. Membuat Barcode Secara Online:
Banyak website penyedia layanan pembuatan barcode gratis maupun berbayar. Anda cukup memasukkan data yang ingin dikodekan (misalnya nomor produk atau URL), memilih jenis barcode (misalnya EAN-13, QR Code), lalu sistem akan menghasilkan gambar barcode yang bisa Anda unduh. Beberapa platform bahkan menawarkan opsi kustomisasi.
2. Membuat Barcode di Microsoft Excel:
Untuk kebutuhan internal atau dalam jumlah terbatas, Anda bisa membuat barcode di Excel. Caranya adalah dengan menginstal font barcode khusus (misalnya Code 39 atau Code 128) dan kemudian memformat sel yang berisi data Anda dengan font tersebut. Ada juga add-in atau makro yang bisa mempermudah proses ini.
3. Membuat Barcode Menggunakan Aplikasi Mobile:
Tersedia banyak aplikasi di Android dan iOS yang memungkinkan Anda membuat berbagai jenis barcode, termasuk QR Code, langsung dari smartphone. Aplikasi ini biasanya mudah digunakan dan cocok untuk kebutuhan cepat atau personal.
Untuk kebutuhan bisnis yang lebih serius, terutama jika produk akan didistribusikan secara luas, sangat disarankan untuk mendapatkan nomor barcode resmi melalui GS1 Indonesia untuk memastikan keunikan dan penerimaan global. Selain itu, untuk aplikasi yang lebih spesifik seperti membuat tanda tangan barcode, Anda mungkin memerlukan solusi khusus yang terintegrasi. Mekari Sign juga menyediakan fitur tanda tangan barcode yang dapat meningkatkan keamanan dan efisiensi dalam proses digital Anda.
Baca Juga: 3 Cara Mudah Cek Keaslian Tanda Tangan Elektronik
Itulah pembahasan tentang barcode, mulai dari fungsi, jenis, cara kerja, hingga manfaat strategisnya bagi operasional bisnis dari Mekari Sign. Teknologi ini telah terbukti mampu meningkatkan efisiensi, akurasi, dan profesionalisme, terutama dalam manajemen produk dan logistik. Bagi UKM, mengadopsi sistem barcode yang terstandarisasi seperti GS1 menjadi langkah penting untuk bersaing di pasar digital.
Jika Anda ingin memperdalam wawasan seputar dunia bisnis, dokumen legal, hingga solusi tanda tangan elektronik, kunjungi artikel terbaru di blog Mekari Sign untuk mendapatkan panduan praktis dan terpercaya.
Pastikan keaslian dokumen barcode dengan teknologi tanda tangan elektronik

Referensi
- Drexel University. Norman Joseph Woodland, Co-Inventor of the Barcode, Passes Away at 91.
- GS1 Indonesia.